Is Helianti’s Weblog

berbagi ilmu, berbagi semangat, berbagi dunia

Saya dan Tamiya Sensei

Posted by ishelianti on June 11, 2008

Profesor Tamiya, yang biasa saya panggil Tamiya Sensei, adalah profesor saya ketika mengambil program master, doctor, dan post-doc. Mungkin sosok terlama yang bersinggungan dengan saya dalam hal belajar menjadi periset. Sosok yang “agak lain” dibanding dengan orang Jepang kebanyakan.

Tidak feodal dan fleksibel dalam hal jadwal lab. Tidak suka minum sake dan mabuk. Dengan demikian saya cukup nyaman berada sampai 6 tahun di lab beliau. Saya tak pernah terpaksa harus lembur di lab, hanya karena sang profesor masih ada di lab (di Universitas Jepang, banyak profesornya yang mewajibkan mahasiswanya mengikuti ritme kerja sang profesor. Agak gawat kalau profesornya gila kerja dan betah di lab sampai di atas jam 9 malam..:-). Walau, ketika mendekati dead line suatu seminar, saya juga mau tak mau kerja lembur sampai dini hari..:-). Tapi bukan atas keharusan siapapun. Saya bekerja sampai lembur, karena saya memang harus bekerja.

Sikap yang tidak suka minum sake/arak Jepang sampai mabuk, juga membuat saya terselamatkan dari berbagai pergaulan yang tidak perlu. Bagi banyak orang Jepang, minum sake bersama adalah cermin keakraban sekaligus ajang menguji saling percaya. Sebab, yang keluar dari orang mabuk adalah hal yang benar-benar yang ada di hati. Jadi jika yang keluar yang baik, memang putihlah hatinya, dan benarlah teman minum sake ini adalah sahabat sejati..:-) Ketika kami bertemu di Jakarta hampir 2 tahun silam, saya baru tahu alasan ilmiah Tamiya Sensei tidakminum sake.

“Menurut hasil analisa dari alat semacam sensor yang saya kembangkan, saya memang sangat rentan terhadap alkohol. Tidak kuat jika meminum alkohol terlalu banyak…” Ini dia sebutkan dalam kuliahnya tentang biosensor.

Tamiya Sensei mengajarkan saya banyak hal. Walau, dalam beberapa sisi ada yang saya kurang setujui. Berbeda dengan kebanyakan Profesor Jepang yang sangat spesialis atau “senmon baka”, tidak demikian dengan Tamiya Sensei. Tipikal gila kerja, sama dengan profesor Jepang pada umumnya. Namun, dia tak pernah terikat dengan bidang ilmu yang dari awal ditekuninya. Mungkin, karena beliau adalah orang yang selalu bergerak dalam bidang aplikatif, sehingga aplikasi dan komersialisasi selalu jadi target, beliau sangatlah fleksibel, bahkan dalam hal ilmu. Teori yag terlalu mendalam sama sekali tidak menarik bagi beliau, tetapi aplikasi yang kreatif dan inovatif bisa membuat matanya berbinar-binar. Idenya banyak yang menarik, walau sering terasa musykil.

Karena itulah, bagi orang lain, Tamiya Sensei seperti orang yang tidak konsisten dalam satu bidang penelitian dan tidak fokus. Meloncat-loncat. Dari biosensor, enzim, teknologi scanning, sampai nanoteknologi. Bahkan posisi karirnya sekarang yang Profesor Applied Physics di Universitas Osaka amatlah jauh dengan asal-usul pendidikan beliau dan posisi sebelumnya yang berbau life science. Dia sering berkata, dulu, walau orang lain melihatnya tidak fokus dan konsisten, tetapi penelitiannya dari dulu hingga kini dalam visinya tidak pernah ada gap, bahkan semua bersambungan dan berhubungan.

Falsafah beliau baru saya fahami sekarang. Bahwa, penyekatan ilmu dan pengetahuan dan teknologi dalam boks-boks kaku, hanya akan memenjarakan kreatifitas dan inovasi. Bahwa, dalam batas-batas tertentu kita tidak bisa masa bodoh dengan bidang lainnya. Karena itu tampaknya, Tamiya sensei tak berkeberatan meskipun seolah “harus pindah” jurusan ke fisika terapan.

Tamiya sensei juga ahli dalam mengemas hasil penelitian menjadi sangat menarik. Beliau piawai pula menulis proporsal dan menjual hasil penelitian. Beliau selalu mengritik saya yang sangat lurus dalam mengekspresikan hasil penelitian. Kita harus bisa mengekspresikan dengan sedikit hiperbolis dan dengan semenarik mungkin hasil penelitian kita. Dengan demikian kita bisa menjual hasil tersebut dan menarik minat orang lain. Sampai saat ini, saya belum bersetuju dengan hal ini, karena hiperbolis berarti mengungkapkan sesuatu yang mungkin berjauhan dengan fakta.

5 Responses to “Saya dan Tamiya Sensei”

  1. hery m said

    Assalamualaikum wrwb

    Bu Is, ogenki desuka?
    memang kenangan meneliti bersama sensei adalah salah satu
    kenangan yang tak terlupakan.
    ketelatenan, kesabarannya mendidik mahasiswa, bisa menjadi
    contoh bagi kita.

    Wassalamualaikum wrwb
    Hery M
    tetangga di Ishikawa

  2. ishelianti said

    waalaikum salam wr wb

    alhamdulillah. genki desu.
    gimana kabranya pak herry ? juga bu herry? tinggal di mana sekarang ya…?
    salam buat bu neni ya…

  3. Panji Arum Bismantoko said

    assalamualaikum..

    salam kenal bu.. saya panji mahasiswa semester 5 teknik mesin UI..
    membaca kisah ibu , saya menjadi sangat tertarik dengan tamiya sensei. akan falsafah hidup beliau yang ibu sampaikan yaitu “penyekatan ilmu dan pengetahuan dan teknologi dalam boks-boks kaku, hanya akan memenjarakan kreatifitas dan inovasi”… karena menurut saya bu dengan kita lebih moderat terhadap ilmu pengetahuan tanpa membatasi diri dengan ilmu itu2 saja, kita akan mendapat pencapaian yang maksimal dan terlebih lagi apa yang kita lakukan itu didasari rasa suka…he

  4. ishelianti said

    ya, benar mas Panji..
    penyekatan ilmu pengetahuan secara kaku memang
    akan membuat sempit kita dalam berkreasi…
    akan tetapi kita juga harus mumpuni pada bidang
    yang menjadi spesialisasi kita..
    jadi bukan generalis, tahu apa saja secara dangkal..
    tapi spesialis namun selalu membuka diri pada bidang lain…
    saya dengar dar Kajur Bilogi UI di jurusan biologi UI pun akan diberlakukan demikian..jadi boleh ambil mata kuliah di luar FMIPA UI..

  5. Panji Arum Bismantoko said

    assalamualaikum..
    bru komen lagi nih bu setelah sekian lama…hehe
    iya bu saya setuju memang kita juga harus ahli dibidang yang telah kita tekuni… Sayangnya bu keterbukaan belum banyak saya temukan bu…ya mungkin saja saya ini melihatnya dari teman2 saya saja… bukannya UI ntar saya dengar2 tahun 2012 akan lebih moderat lagi yah bu.. dlam artian kita bisa berkuliah di manapun yang mahassiwa suka… tapi sayang saya tidak bisa mersakannyamm krn insya allah maksimal 2011 saya sudah lulus…

Leave a reply to ishelianti Cancel reply